Hadiah

Ketika seseorang memutuskan mengikuti perlombaan baik lomba lari, lomba menulis, lomba potografi atau jenis lomba apapun, tentu ia memil...


Ketika seseorang memutuskan mengikuti perlombaan baik lomba lari, lomba menulis, lomba
potografi atau jenis lomba apapun, tentu ia memiliki serangkaian motivasi kenapa harus ambil
bagian di dalamnya. Tergiur pada besaran hadiah, misalnya.

Bagi saya hadiah (masih) merupakan poin penting dalam sebuah event. Karena kalau tidak ada
hadiah atau reward, barangkali para event hunter seperti saya tak tertarik berpartisipasi. Bahkan
saya langsung kehilangan minat saat mendapati event-event yang teramat pede meggelontorkan
berupa-rupa sarat agar dipatuhi, namun hanya mampu menyuguhkan ucapan terima kasih alias
proyek thank you. Paling banter peserta akan diganjar selembar e-sertifikat yang dikirim lewat
surat elektronik.

Salah satu event lomba menulis puisi yang tak sengaja tertumbuk mata, beberapa pekan lalu. Saya
mulai menekuri sarat dan ketentuan serta hadiah yang diberikan. Persaratannya sama sekali tidak
sulit tapi cukup merepotkan hingga membuat kening saya berkerut seraya bergumam: apa event ini
layak untuk diikuti? Disana tertera: wajib follow semua akun sosial media penyelenggara mulai dari
Line, Facebook, Instagram, dan Twitter. Peserta wajib memiliki keempat aplikasi tersebut jika
hendak bergabung, kalau tidak maka calon peserta dinyatakan gugur atau didiskualifikasi. Setelah
peserta melakukan registrasi dan follow, langkah selanjutnya bagikan info lomba tadi ke semua
akun sosial media. Jika sarat sudah terpenuhi, peserta dibolehkan mengirim puisi ke alamat email
panitia penyelenggara.

Lalu hadiahnya? Pihak panitia akan memberi ucapan pada seluruh peserta: ‘Selamat karena telah
berpartisipasi dalam acara lomba menulis puisi
’ yang berwujud e-sertifikat. Itu berarti anda
termasuk pada barisan peserta berbudi luhur, insan cipta yang tulus, hamba Allah yang ikhlas.
Sebagai tambahannya, puisi anda akan dirangkum menjadi sebuah buku yang terakumulasi dalam
antologi puisi, jika menang.

Kisah selanjutnya berasal dari salah satu perusahaan bonafit yakni PT Kereta Api Indonesia. Baru-
baru ini, perusahaan milik negara di bidang transportasi publik ini mengadakan lomba potografi
dengan tema: pahlawan kereta api. Saratnya gampang. Peserta diminta mengunggah hasil jepretan
yang berkaitan dengan tema ke akun instagram pribadi, dan dibebaskan meng-upload sebanyak-
banyaknya. Poto boleh diambil menggunakan teknologi apa saja seperti kamera DSLR, phone
camera
, atau dengan bantuan drone. Adapun hadiah yang ditawarkan panitia sungguh
mengejutkan: Gratis! Satu buah buku transformasi kereta api Indonesia bagi anda yang beruntung.

Saat melihat hadiah yang tertera di bawah rentetan sarat dan ketentuan, spontan saya tertawa
terpingkal-pingkal. Segera saya me-tag beberapa teman untuk mengetahui respon mereka
terhadap lomba berikut hadiahnya. Beruntung PT KAI, seluruh teman-teman saya sangat antusias
ketika mengetahui lomba poto tersebut. Antusias dalam hal lain tentu saja. Karena mereka mulai
menggerutu, bersungut dan tertawa geli membicarakan betapa ajaibnya hadiah yang ditawarkan.
kenapa kau gemar membuang waktuku untuk hal-hal begini?’ kata seorang teman yang saya
sambut dengan tawa keras sampai mengeluarkan airmata.

Tapi setiap orang memiliki selera atau pilihan masing-masing terhadap sesuatu. Sebagian tertarik
pada event berhadiah sertifikat, iming-iming buku antologi atau uang/pulsa 100.000 rupiah.
Karena motivasi mereka ikut serta tidak terletak pada besaran hadiah melainkan mencari
pengalaman, menantang bakat, kemampuan serta kreativitas, atau ajang latihan. Katakanlah lomba
menulis. Sebagian orang berpendapat hadiah bukan perkara utama, karena niat mereka ketika
menjadi peserta adalah belajar menulis atau mengasah ketajaman kata-kata. ‘Hadiah urusan
belakang’
begitu lazimnya pernyataan yang saya baca saat surfing ke beberapa blog.

Sebagian lainnya membuat standar lebih tinggi dengan menaruh minat hanya pada hadiah-hadiah
cukup besar. Seperti event berhadiah uang tunai satu juta rupiah dan kelipatannya, atau uang
prestasi lima ratus ribu berikut e-sertifikat serta buku antologi, atau sepeda motor, atau
handphone, atau tiket jalan-jalan gratis PP ke luar kota atau ke luar negeri. Tepatnya, hadiah mesti
sebanding dengan kerja keras atau usaha.

Saya pribadi termasuk dalam jenis yang terakhir. Jadi ketika menemukan lomba menulis, pertama
kali saya akan membaca sarat dan ketentuan, lalu meneliti deadline atau tenggat waktu pengiriman
karya, kemudian menekuri hadiah yang disuguhkan. Setelah itu saya akan mengurutkan lomba-
lomba menulis dimulai dari S/K yang mudah dipenuhi, deadline, dan hadiah.

Untuk mekanisme yang mengada-ada, segera saya lempar ke tempat sampah. Terhadap tenggat
waktu yang mepet karena baru sempat terbaca, saya coba pertimbangkan asal temanya seru dan
menarik seperti isu politik, perempuan, kriminal, pendidikan serta isu-isu sosial-humanis lainnya.
Terhadap hadiah, saya benar-benar selektif. Saya akan berpartisipasi jika hadiah yang ditawarkan
bisa saya terima dengan rela. Artinya, hadiah tersebut layak diperjuangkan. Setimpal dengan kerja
keras.

Anda pasti pernah menyaksikan pertandingan pohon pinang atau lomba panjat pinang yang biasa
diadakan saat perhelatan ulang tahun kemerdekaan Indonesia. Sebatang pinang dengan panjang di
atas delapan meter, dilumuri pelumas atau minyak gemuk. Di puncaknya, direkatkan lingkaran
berdiameter empat puluh senti yang terbuat dari bambu kokoh, dikelilingi bermacam-macam
hadiah yang lumayan menggiurkan seperti panci, kompor minyak, teplon, dandang, kuali hingga
ember besar. Sebagai hadiah hiburan, tergantung sebuah gayung yang pada body-nya terpampang
tagline: anti pecah.

Ada juga lomba panjat pinang yang hadiahnya fantastis dan mampu membuat jantung berdebar-
debar. Lingkaran bambunya dikelilingi amplop putih berisi uang dari 50 ribu, 100 ribu, 200 ribu,
dan 500 ribu. Sementara hadiah utamanya lebih mencengangkan lagi. Peserta yang bisa mencabut
bendera merah putih yang terpancang di puncak, akan mendapatkan uang sebesar 1000.000
rupiah.

Hadiah yang tak sedikit tersebut memancing antusias warga untuk beramai-ramai mendaftarkan
diri mengikuti lomba panjat pinang. Mereka mendungakkan kepala, tersenyum menatap hadiah
yang bergelantungan di atasnya. Kemudian saat pluit ditiup panitia, satu persatu peserta mulai
memanjat. Mereka rela terpanggang di tengah terik atau menggigil dibasuh hujan, terperosot dari
ketinggian, terjatuh lagi saat tujuan semakin hampir, rela berhimpitan dan coreng moreng akibat

minyak gemuk demi sampai ke puncak harapan. Sementara penonton di luar arena sibuk
menyemangati, berteriak sekeras-kerasnya agar peserta fokus pada hadiah terbesar. Mereka larut
dalam perjuangan yang melelahkan. Tujuannya satu: hadiah. Hadiah yang bisa diterima akal sehat.
Akan tetapi di suatu perlombaan panjat pinang yang lain, saya pernah melihat lingkaran bambu
hanya dikelilingi lima buah gayung, sekotak sendok, sekotak garpu, serta selusin piring yang juga
bisa anda dapatkan saat membeli satu pack deterjen cair. Pada hari yang naas dan memilukan itu
masing-masing peserta dan penonton dipaksa terheran-heran sembari menertawakan kekonyolan
panitia: panjat pinang yang menggentarkan dengan hadiah seharga lima ribuan. Karena emosi,
mereka menggoncang pohon pinang hingga tumbang dan mengeluarkan bunyi bedebumm yang
keras. Beberapa ibu-ibu dilanda kegirangan yang amat hebat ketika melihat barang-barang rumah
tangga tumpah ruah di tanah. Mereka merebutkan hadiah sambil terkikik-kikik dan berharap agar
tahun depan perlombaan panjat pinang diganti saja dengan lomba menumbangkan pohon pinang.
Mari kita berbincang sebagai orang dewasa: jujur, terbuka, serta tidak membohongi hati nurani.
Anda merupakan seorang yang gemar menulis, tapi sangat ingin mengasah skill dengan mengikuti
lomba menulis. Tak sengaja anda membaca lomba menulis berhadiah e-sertifikat saja, atau sekedar
ucapan terimakasih, atau uang pembinaan di bawah 100.000. Kemudian anda memutuskan ambil
bagian di dalamnya.

Kalau alasannya demikian, bukankah lebih arif jika kegemaran tersebut anda salurkan lewat
menulis artikel, cerpen, puisi, atau resensi buku dan film lalu mengirimkannya ke berbagai media?
Selain sebagai wadah yang cukup sportif, anda juga bisa belajar menulis, dapat memperdalam
keahlian, mencari dan menemukan gaya tulisan, menambah perbendaharaan kata-kata,
memperkaya diksi di sana. Lagipula jika dimuat, tulisan anda akan diganjar honor dari 30 ribu, 75
ribu bahkan sampai 1000.000. Ditambah lagi, hasil pikiran yang terbit di media dapat dinikmati
pembaca dari segala profesi dan usia. Saking seringnya karya anda naik cetak, nama anda akan
diperhitungkan di kalangan para seniman, sastrawan, pengamat dan intelektual.

Hasrat menulis tersebut juga bisa anda salurkan lewat blog pribadi atau platform yang berserak di
luar sana seperti kompasiana, opini.id, detik forum, hipwee, atau di berbagai jenis blog yang anda
ketahui. Tulisan anda akan di-review, didiskusikan, dan di-share netizen. What next? Anda sudah
punya modal sebagai penulis yang namanya tidak hanya tertera pada buku antologi terbitan indie,
tapi juga dicatat dan diingat oleh para pengguna sosial media.

Namun, apa yang bisa anda harapkan dari proyek thankyou atau lomba menulis berhadiah kecil
seperti yang telah saya terangkan di atas? Layakkah kerja keras anda atau buah pikiran anda
dihargai cuma-cuma? Pantaskah usaha anda mendapat predikat e-sertifikat yang bahkan lebih
murah dari harga sekilo tomat?

Lain halnya jika anda seorang plagiat. Sebab makhluk jenis ini tak peduli pada konten maupun
reward. Apa itu honor? Apa itu pemikiran? Bagi mereka yang terpenting adalah bagaimana meraih
klik bait, bagaimana mendulang simpati dan perhatian.

Namun jika anda kekeuh mengikuti lomba menulis berhadiah lima ribuan, maka saya tak punya hak
menjastifikasi sebab hal tersebut berpulang pada selera dan pilihan.

Tag: hadiah, lomba, event, acara, perhelatan, reward, lomba menulis

COMMENTS

BLOGGER : 2
Loading...
Name

asian games 2018 , 1 , asiangameskita , 1 , ayah , 1 , ayam geprek , 1 , ayam geprek kota medan , 1 , BPOM , 1 , cerpen , 1 , energiasia , 1 , event , 4 , Headline , 25 , I am geprek bensu , 1 , kateter , 1 , KISAH , 14 , perspektif , 33 , prostat , 1 , review , 3 , sakit , 1 ,
ltr
item
Perspektif: Hadiah
Hadiah
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib42I8iXmJovchyt_MZkWCCGBwFp2o8n4dGwa7TZuTiyqgHLjJAjd9_4VywG2yFsq2_4C1o7Kaa3vfgbQS8cBLa9HncE2tiUyqTFKFbxmueB8k9HeMeaecdJwebxUIvzM62mPZoQ6EGnc/s640/rewards.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib42I8iXmJovchyt_MZkWCCGBwFp2o8n4dGwa7TZuTiyqgHLjJAjd9_4VywG2yFsq2_4C1o7Kaa3vfgbQS8cBLa9HncE2tiUyqTFKFbxmueB8k9HeMeaecdJwebxUIvzM62mPZoQ6EGnc/s72-c/rewards.jpg
Perspektif
https://dinnafnorris.blogspot.com/2017/11/hadiah.html
https://dinnafnorris.blogspot.com/
https://dinnafnorris.blogspot.com/
https://dinnafnorris.blogspot.com/2017/11/hadiah.html
true
2888535187332573494
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy