Ristreeto, Sebuah Kesederhanaan Yang Bersahaja

Sehari sebelumnya kami -saya dan orang itu- sudah membuat janji bertemu via sosial media. Ya, kebiasaannya memang demikian sejak kali pe...


Sehari sebelumnya kami -saya dan orang itu- sudah membuat janji bertemu via sosial media. Ya, kebiasaannya memang demikian sejak kali pertama berkenalan, kira-kira enam tahun silam. Meski kami memiliki nomor contact masing-masing, tapi ia lebih leluasa menemui saya di facebook. Tak tahu mengapa. Barangkali ia merasa nyaman chit chat menggunakan media komunikasi yang dilahirkan Mark Zuckerberg itu, atau karena alasan lain yang tidak saya ketahui. Lagipula saya enggan menanyakan hal-hal yang tidak ada urgensinya dalam hidup.

Seperti halnya para penghuni semesta memiliki cara masing-masing untuk berkomunikasi: mengungkapkan cinta, membahasakan perasaan, melontarkan pujian, menghembuskan caci maki, menyatakan rindu, dan sebagainya. Maka, mengajak ngopi-ngopi via sosial media juga termasuk di dalamnya.

Setelah setengah harian berkutat di acara sosialisasi calon Anggota Komnas HAM, saya yakin pikiran saya membutuhkan spasi. Saya bahkan telah memikirkan hal itu jauh-jauh hari. Maka orang yang tepat untuk membuat spasi tidak hanya berupa ruang kosong adalah orang itu. Bagi saya, ia orang yang tepat di saat yang tepat.

Kira-kira pukul 02.00 siang ia sudah berada di pelataran parkir Biro Rektor USU, tempat diadakannya acara. Ia tiba persis pada waktu yang telah kami sepakati.

Kemudian kami segera meluncur ke jalan Dr. Mansyur, Medan. Di dalam Suzuki minibus metalik tersebut, ia (seperti biasanya) menanyakan perihal tempat ngopi yang enak. Saya (seperti biasanya) bereaksi dengan sangat manis: "aku kurang mengenal tempat-tempat di sini, tapi aku mengenal orang yang membawaku ke daerah ini. Aku, 100% percaya padamu, pada pilihanmu, tanpa tapi".

Akhirnya kami sampai di sebuah cafe yang lokasinya nyempil di antara deretan cafe-cafe lainnya, setelah memutari jalanan dan mengamati nama serta keelokannya satu persatu.

Jalan Dr. Mansyur memang terkenal dengan surganya kuliner dan cafetaria. Para owner menghadirkan beragam tema, menu, dan warna untuk memikat calon pelanggan. Mereka berlomba-lomba menjadi unik, menjadi yang terbaik. Berusaha menampilkan eleganitas dan keramahan dari setiap dekorasinya. Semuanya menarik, mengagumkan dan memantik rasa penasaran.

Meski demikian, tak ada yang abadi. Usaha kuliner dan cafe itu tumbuh,  berkembang, tapi tidak berumur panjang. Mereka digantikan oleh cafe baru dengan warna baru plus suasana baru pula. Namun masih di bawah konsep yang sama: kopi, roti, wifi. Cafe-cafe itu tak ubahnya kekuasaan. Diraih, diperjuangkan, dipertahankan. Tapi ada kekuasaan yang dapat bertahan lama, namun ada pula yang hanya sekejap, tak sampai setengah semester ia terganjal kemudian tenggelam. Meski beberapa dari mereka berdiri kokoh dan berakhir akibat seleksi alam, alias mangkat.

Ibarat not-not angka yang dirancang, disejajarkan serta dikombinasikan agar menciptakan harmoni. Begitupun usaha cullinary, cafetaria, hingga kekuasaan, mereka membutuhkan not-not angka, kesemuanya membutuhkan kunci-kunci. Dream, fighting, manajerial, art and survive, menurut saya berada di urutan teratas, dan itu absolut!

Ristreeto. Begitu ia disebut. Sesederhana itu. "Ini tempat yang pernah disebut-sebut teman abang" ujarnya. Saya melihat dari balik kaca mobil. "Apa Dinna mau ngopi di sini?" tanyanya yang kedengaran seperti berusaha meyakinkan tapi tak ingin memaksa.

"Oke." tegasku meski sedikit ragu. "Kita ngopi di sini saja", saya membuka pintu mobil, bergegas turun dan menghambur ke cafe kecil itu.

Honestly, cafe ini akan terlewatkan begitu saja jika tidak teliti. Ditambah lagi letaknya yang menjorok ke belakang serta tempatnya yang mungil, membawa saya terbang ke tahun 2002 di mana kamar 3x4m menjadi rumah singgah saat berkuliah di sebuah universitas berflat merah. Yeph! Ristreeto memang sangat kecil, berbentuk kubus, mirip kamar kos-kosan. Tersedia dua pasang meja kursi bermuatan empat orang dan satu sofa di ruangan dalam. Plus 1 meja mini dengan 2 kursi di halaman depan.

Tentu saja kalian tidak bisa mengadakan seminar kecil atau diskusi publik di sini. Karena keterbatasan ruangan, Ristreeto hanya bisa menampung 2-10 orang. Barangkali pemiliknya memang bertujuan membuat cafe sebagai tempat singgah, bukan berleha-leha. 'Pesan kopi atau makanan yang anda sukai, selesaikan urusan genting yang dapat anda selesaikan di cafe kami, tandaskan orderan anda, silakan pergi, dan terimakasih karena bersedia datang kembali'. Ringkas. So simple. Se-simple pembuatan Ristreeto.

Menurut beberapa teman yang berkecimpung di dunia kopi, temasuk teman saya ini -beliau pengusaha yang cukup diperhitungkan di area perkopian-, Ristreeto diadopsi dari bahasa Italia yang berarti terbatas.  Disebut terbatas karena kopi diracik menggunakan air yang lebih sedikit dari espresso. Waktu pembuatannya sama dengan waktu yang digunakan untuk membuat espresso, 25 detik. Bedanya, volume kopi yang dihasilkan untuk membuat ristreeto hanya setengah dari volume espresso. Jadi Ristreeto adalah minuman (kopi) sejenis espresso namun dibuat dengan menggunakan air yang lebih sedikit. "Soal rasa, ristreeto lebih pekat daripada espresso", begitu pengakuan mereka-mereka yang lidahnya sudah sangat akrab dalam hal mencecap.

Tadinya saya memesan coffee latte art, pola panda atau kucing. Tapi karyawannya hanya senyum-senyum mesem mendengar permintaan saya. Membuat saya semakin menyadari bahwa art (skill barista) sangat dibutuhkan dalam kompetisi bisnis, untuk bisa survive.

Akhirnya small nonfat coffee latte flower pattern, pola yang simple dan relatif mudah, menghampiri meja saya. Rasanya syahdu: kental, lemak, creamy, tidak pahit, tidak pula manis, tapi bukan tawar. Ia tetap memiliki rasa, sebuah rasa yang hanya orang-orang tertentu yang dapat membahasakannya melalui tatap hangat dan senyuman.

Karena roti bakar keju tidak tersedia, karyawan merekomendasikan menu andalan mereka yaitu donat yang katanya berbeda dari donat-donat lainnya. Saya sempat pesimis mengingat donat tersedia di Ristreeto. 'Ini pasti donat rasa warung. Sebab manalagi donat yang lezat selain JCO?' gumam saya dalam hati. "Boleh, satu porsi saja".

Lima belas menit kemudian pesanan saya tersuguh di atas meja kayu berwarna coklat pekat. 'Camilan' melegenda ini ditata pada piring batu warna putih. Satu porsi berisi 3 donat tanpa toping. Sayangnya penyajian seporsi donat tersebut benar-benar mengikut standard umum. Filleting strowberry yang biasa saja, garnish coklat leleh ditaburkan sekedarnya tanpa mempertimbangkan nilai estetika.



Saya pikir ekspektasi yang saya tegakkan tidak ketinggian. Sebab ketika makanan disebut sebagai menu andalan maka ia harus berada pada high level mulai dari bahan, rasa hingga penyajian. Lagi-lagi saya berpikir bahwa posisi seni dalam dunia kuliner sangat penting dan dominan. Selanjutnya kreativitas, disusul pendekatan-pendekatan baru agar pengunjung tidak merasa bosan.

Akhirnya saya putuskan mengabaikan penampilan dan beralih pada cita rasa. Donat saya tekan pakai garpu dan memotongnya dengan pisau kecil. "Kressshhh...." bunyi renyah pada potongan pertama serta coklat yang meleleh seperti lava, membuat alis saya bertaut. Rada cemas saya menggigit potongan kecilnya. Dan "Ohh...!!" saya memekik, dan bola mata membulat seketika. Jika kalian berada di samping saya, maka kalian dapat melihat dengan jelas ekspresi saya kala itu.

Kalian tahu, ada banyak hal yang tak dapat dideskripsikan dengan kata-kata sebab rasa terlanjur merajainya, terlanjut mengikatnya. Kata-kata melayang ke udara, yang tersisa adalah cinta, hasrat dan kepuasan.

Lalu apa yang bisa saya katakan untuk donat selezat ini? Baiklah, saya tuangkan dalam analogi. Ibarat seorang perempuan: tidak jelek, tidak bertubuh sintal maupun profesional ala model runway. Tapi perempuan sederhana yang terlihat amat menawan karena kepribadian dan kecerdasannya, begitulah donat tanpa toping yang menjadi top menu di Ristreeto.

Sementara itu, kelezatan yang didapat dari secangkir kecil caffelatte flower pattern dan donut meleleh ini sebanding dengan harga yang ditawarkan. Seperti tertulis dalam buku menu, Ristreeto membandrol 20k per-itemnya. Harga ini cukup bersahabat mengingat kebersahajaan yang disajikan.

Welldone!

Dinna F Norris

- Tag: ristreeto, espresso, caffelatte, flower pattern, kopi, donat, garnish, penyajian, review, rasa, kuliner, cafetaria, medan, sumatera utara

COMMENTS

BLOGGER : 2
Loading...
Name

asian games 2018 , 1 , asiangameskita , 1 , ayah , 1 , ayam geprek , 1 , ayam geprek kota medan , 1 , BPOM , 1 , cerpen , 1 , energiasia , 1 , event , 4 , Headline , 25 , I am geprek bensu , 1 , kateter , 1 , KISAH , 14 , perspektif , 33 , prostat , 1 , review , 3 , sakit , 1 ,
ltr
item
Perspektif: Ristreeto, Sebuah Kesederhanaan Yang Bersahaja
Ristreeto, Sebuah Kesederhanaan Yang Bersahaja
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirxlZt9NKAwIV4aHHQR3-Xcv2AVMzGkPrAAl_2RzPYOFc2Fm7RcyrpPvg3b12ksUPCEgyI_ezhGdtcSrcFV-1tbuCRO7J7WqAeagabV1vjYBZnJa_vbXjfG98Q0lfzYjv2tbMf5w6YioU/s640/Ristreeto%252C+Sebuah+Kesederhanaan+Yang+Bersahaja+1.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirxlZt9NKAwIV4aHHQR3-Xcv2AVMzGkPrAAl_2RzPYOFc2Fm7RcyrpPvg3b12ksUPCEgyI_ezhGdtcSrcFV-1tbuCRO7J7WqAeagabV1vjYBZnJa_vbXjfG98Q0lfzYjv2tbMf5w6YioU/s72-c/Ristreeto%252C+Sebuah+Kesederhanaan+Yang+Bersahaja+1.jpg
Perspektif
https://dinnafnorris.blogspot.com/2016/12/ristreeto-sebuah-kesederhanaan-yang.html
https://dinnafnorris.blogspot.com/
https://dinnafnorris.blogspot.com/
https://dinnafnorris.blogspot.com/2016/12/ristreeto-sebuah-kesederhanaan-yang.html
true
2888535187332573494
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy