Perjalanan Sebuah Keyakinan

Tak terelakkan, kita telah memiliki agama sejak lahir. Agama yang diwariskan oleh orang tua, atau setidaknya oleh orang yang kita hidup b...



Tak terelakkan, kita telah memiliki agama sejak lahir. Agama yang diwariskan oleh orang tua, atau setidaknya oleh orang yang kita hidup bersamanya ketika mulai pandai mengoceh dan membuka mata.

Detik ini saya teringat pada kenangan lusuh beberapa tahun silam, tepatnya ketika masih berkuliah di salah satu universitas ber-flat merah di Kota Medan. Entah siapa yang memulai, saat itu kami –saya dan seorang teman, bercerita tentang Tuhan. Bukan untuk membahas siapa Tuhan, “kita tak akan pernah memiliki waktu untuk membahas Tuhan yang serba Terlalu” begitu kata teman saya di suatu senja yang warnanya hampir pudar di telan malam, juga tidak sedang bercerita tentang topik yang selalu hangat dan menarik di pasaran, yaitu para pesohor yang berpindah keyakinan.

Kala itu ia memproklamirkan diri, bahwa ia tidak ber-Tuhan, tidak memeluk agama manapun meski tertulis ‘Kristen’ pada kolom agama di Kartu Identitasnya. Ringkasnya, teman saya tetap berTuhan, tapi ia memilih untuk tidak lagi mempercayaiNya.

“aku tidak bisa menjadi atheis karena negara tak memberikan ruang untuk itu. Tapi sebagai negara yang menganut sistem demokratis, aku berhak memilih untuk tidak mempercayai Tuhan. Tak ada yang boleh menentangnya, karena berdasarkan usia, aku sudah dianggap dewasa”

Perkara 'keyakinannya' itu, saya tak tahu sejak bila, tapi apapun itu saya tak berhak menghakimi sebuah pilihan, tidak berselera untuk berkhotbah di depannya seperti yang biasa dilakukan para ‘misionaris’ masing-masing agama, terlebih lagi saya tidak berniat untuk menjadi imam bagi para pencari Tuhan.

Memang ia bukan tipe fanatik dalam beragama. Ke Gereja pun hanya sebulan sekali, tergantung siapa yang menelpon dan mengajaknya pergi. Mengenai pilihannya, saya tak heran. Tapi saya sungguh penasaran apa yang menyebabkannya bersikap demikian. Ketika saya tanyakan, ia bergeming, sama sekali tak menjawab. Lalu kami duduk bersisian, sibuk dengan pikiran masing-masing, sementara hening menari memutari seluruh ruang, meliuk ke sana kemari sambil sesekali mengejek kami.

Akan halnya saya, juga pernah terbersit hal sama. Agama ini saya dapatkan dari Ayah. Ia sholat seperti orang-orang saleh pada umumnya. Ia tak pernah berpikiran nyeleneh tentang Tuhan. Ia sangat taat. Bahkan Ia marah kalau saya melewatkan sholat. Sedang saya, ada kalanya saya ragu-ragu dengan keimanan ini. Tapi saya tak cukup berani untuk mengutarakan pada dunia bahwa saya sedang berada dalam keraguan. Saya khawatir kalau-kalau ini merupakan pemikiran yang bergegas padahal pencarian dan pemahaman saya terhadap Islam belum setingkat para wali, ulama, atau ustadz. Atau jangan-jangan pikiran ini lahir dari kekecewaan padaNya?

Tuhan menghendaki agar setiap hamba hanya meminta dan berharap padaNya. Lantas ketika sudah berharap, mengapa pinta belum terjawab? Tanya suara kecil dari dalam hati. Namun akhirnya saya menepis suara-suara itu, berusaha menghentikan godaannya. Saya akhiri dengan kalimat klise, barangkali saya saja yang cengeng.

Bagaimanapun, Tuhan menghadiahi akal bagi manusia agar berpikir. Dan berkali-kali pula Tuhan menyeru dalam surah Yasin, afalaa tatafakkarun… (mengapa kamu tidak berpikir?).Tentu Tuhan maklum pada apapun hasil pemikiran itu. Di arasy sana, saya yakin Tuhan sedang menunggu saya kembali, utuh.

Karena itu, dapat saya tegaskan bahwa saya tidak bersalah. Lagipula saya tidak melakukan kriminal. Saya hanya berpikir tentang keyakinan, agama, dan pilihan, bukan tentang wacana pindah agama. Apakah keliru jika saya bermain di tepinya?

Hidup adalah perjalanan. Setiap perjalanan tentu akan sampai, meski entah kapan. Dalam perjalanan kali ini, saya memilih tetap bersamaNya. Jujur saja, saya tak dapat berpaling meski kegelisahan ber-Tuhan merambat ke segala sendi. Seperti yang dituturkan Chairil Anwar dalam puisinya doa: 'Tuhanku, aku hilang bentuk, remuk, ..tapi aku tak bisa berpaling'.

Dinna F Norris

Tag: agama, atheis, keyakinan, doa, hidup, perjalanan, pencarian

COMMENTS

Name

asian games 2018 , 1 , asiangameskita , 1 , ayah , 1 , ayam geprek , 1 , ayam geprek kota medan , 1 , BPOM , 1 , cerpen , 1 , energiasia , 1 , event , 4 , Headline , 25 , I am geprek bensu , 1 , kateter , 1 , KISAH , 14 , perspektif , 33 , prostat , 1 , review , 3 , sakit , 1 ,
ltr
item
Perspektif: Perjalanan Sebuah Keyakinan
Perjalanan Sebuah Keyakinan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvf1ORYW091pKJ0C0W1C5pweg6w7BNk8rT3rqVar_NXlR3MrawU0IWSxsVeJHNUggMnWPIr8XmxeFwKUg0nVM6heVL-_dxVyAjESHXUzM_LnP_I02mQ9mtFygwZajjOH_IsIsFDMychE0/s640/Perjalanan+Sebuah+Keyakinan.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvf1ORYW091pKJ0C0W1C5pweg6w7BNk8rT3rqVar_NXlR3MrawU0IWSxsVeJHNUggMnWPIr8XmxeFwKUg0nVM6heVL-_dxVyAjESHXUzM_LnP_I02mQ9mtFygwZajjOH_IsIsFDMychE0/s72-c/Perjalanan+Sebuah+Keyakinan.jpg
Perspektif
https://dinnafnorris.blogspot.com/2016/12/perjalanan-sebuah-keyakinan.html
https://dinnafnorris.blogspot.com/
https://dinnafnorris.blogspot.com/
https://dinnafnorris.blogspot.com/2016/12/perjalanan-sebuah-keyakinan.html
true
2888535187332573494
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy